Solusi Energi Ramah Lingkungan: Briket Kulit Jeruk dari Tim PKM-PM Prodi Teknik Industri UMM

Senin, 01 Juli 2024 05:30 WIB


Inovasi terbaru datang dari Tim PKM-PM Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang telah mengembangkan briket dari limbah kulit jeruk. Inovasi ini merupakan bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2024. PKM-PM adalah program yang bertujuan untuk memberdayakan mahasiswa dalam menciptakan solusi bagi masalah lingkungan dan ekonomi melalui kegiatan pengabdian masyarakat.

Bermula dari pengamatan sederhana terhadap melimpahnya limbah kulit jeruk di perkebunan Desa Tegalweru, Tim PKM-PM UMM yang terdiri dari Berlinda Amalia Diami, Aisyah Leilani Salsabilah, Nadhea Aurelie Salsabila, dan Hanum Salsabila Djirimu, melihat potensi besar dalam mengubah limbah tersebut menjadi produk yang bernilai ekonomi. Kulit jeruk yang biasanya hanya dibiarkan menumpuk ternyata mengandung bahan organik yang dapat diolah menjadi bahan bakar alternatif.

"Kami ingin menciptakan inovasi yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga bermanfaat secara ekonomi bagi masyarakat sekitar," kata Berlinda, ketua tim.

Proses pembuatan briket dari kulit jeruk melibatkan beberapa tahapan, mulai dari pengumpulan limbah kulit jeruk di perkebunan Desa Tegalweru. Limbah ini banyak ditemukan saat musim panen, sedangkan di luar musim panen jumlahnya menurun drastis. Limbah yang terkumpul kemudian diolah melalui proses pengeringan, penghalusan, pencampuran dengan bahan perekat alami, dan akhirnya dicetak menjadi briket.

"Proses pengeringan kulit jeruk dilakukan untuk mengurangi kadar air sehingga lebih mudah dihancurkan. Setelah itu, kulit jeruk yang sudah kering dihaluskan dan dicampur dengan tepung tapioka sebagai bahan perekat. Campuran ini kemudian dicetak menggunakan alat khusus untuk menghasilkan briket," jelas Aisyah.

Briket dari kulit jeruk memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan bahan bakar konvensional. Pertama, briket ini merupakan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan karena memanfaatkan limbah organik. Kedua, briket kulit jeruk memiliki nilai kalor yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai alternatif bahan bakar untuk keperluan rumah tangga dan industri kecil.

Tidak hanya memberikan solusi lingkungan, program ini juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi Karang Taruna Desa Tegalweru. Melalui pelatihan dan pendampingan yang dilakukan oleh Tim PKM-PM UMM, anggota karang taruna diberikan pengetahuan dan keterampilan untuk memproduksi briket kulit jeruk secara mandiri.

"Dengan adanya pelatihan ini, kami berharap anggota Karang Taruna dapat memiliki keterampilan baru yang dapat meningkatkan pendapatan mereka," ujar Hanum, anggota tim.

Ketua Karang Taruna, Faizun, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Tim PKM-PM UMM. "Kami sangat berterima kasih atas pelatihan ini. Sebelumnya limbah kulit jeruk hanya dibiarkan menumpuk hingga mengganggu warga sekitar, sekarang kami sudah dapat mengolah limbah hasil dari perkebunan jeruk menjadi briket. Proses pembuatan yang mudah dipahami membuat kami optimis dapat meneruskan kegiatan ini, terlebih briket memiliki nilai jual yang dapat membantu perekonomian," tutur Faizun.

Dalam mengimplementasikan program ini, Tim PKM-PM UMM menghadapi beberapa tantangan, salah satunya adalah memastikan kualitas dan konsistensi briket yang dihasilkan. Untuk mengatasi hal ini, mereka melakukan berbagai uji coba untuk menyempurnakan proses produksi.

"Kami melakukan beberapa kali uji coba untuk mendapatkan komposisi yang tepat antara kulit jeruk dan perekat alami. Selain itu, kami juga memastikan bahwa briket yang dihasilkan memiliki lama waktu nyala yang konsisten," kata Aurel.

Melalui program ini, Tim PKM-PM UMM berharap dapat memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan kesejahteraan Karang Taruna Desa Tegalweru. Mereka juga berharap agar inovasi ini dapat diadopsi oleh daerah lain yang memiliki potensi serupa.

"Kami berharap program ini tidak hanya berhenti di sini, tetapi dapat terus berkembang dan diadopsi oleh komunitas lain. Kami juga berencana untuk melakukan penelitian lanjutan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas briket ini," tambah Berlinda.

Selain itu, Tim PKM-PM UMM juga berharap agar inovasi ini dapat menginspirasi mahasiswa lain untuk terus berkreasi dan mencari solusi bagi permasalahan lingkungan dan sosial di sekitar mereka. "Kami ingin menunjukkan bahwa melalui kreativitas dan inovasi, kita dapat menciptakan perubahan yang positif bagi masyarakat dan lingkungan," tutup Hanum.

Program Kreativitas Mahasiswa 2024 yang diikuti oleh Tim PKM-PM Universitas Muhammadiyah Malang ini berhasil menciptakan solusi inovatif dengan memanfaatkan limbah kulit jeruk menjadi briket. Program ini tidak hanya memberikan solusi bagi permasalahan lingkungan tetapi juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi Karang Taruna Desa Tegalweru. Program ini menjadi bukti nyata bahwa melalui kreativitas dan inovasi, mahasiswa dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungan.

 

Shared: